BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Proses
pembelajaran dengan mengaplikasikan berbagai model-model pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan minat, motivasi, aktivitas, dan hasil belajar.
Hasil belajar siswa dapat diketahui meningkat atau rendah setelah dilaksanakan
sebuah evaluasi. Proses evaluasi meliputi pengukuran dan penilaian. Pengukuran
bersifat kuantitatif sedangkan penilaian bersifat kualitatif. Proses evaluasi
bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan. Keputusan dan pendapat akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dari yang
membuat keputusan.
Pengukuran
dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah
satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa
adalah dengan tes. Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam
sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari
nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem
penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan
mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri,
sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu
meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu, penulis membahas dalam makalah ini
mengenai prinsip dan alat evaluasi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun
permasalahan dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa
saja alat atau teknik evaluasi ?
2. Apa prinsip-prinsip evaluasi ?
C.
TUJUAN
1. Untuk
memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah Evaluasi Pendidikan.
2. Untuk
mengetahui dan memahami alat-alat evaluasi.
3. Untuk
mengetahui dan memahami prinsip-prinsip evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ALAT-ALAT
EVALUASI
Untuk
keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacam- macam, seperti
kuisioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Khusus untuk evaluasi
hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes. Pembahasan
evaluasi hasil pembelajaran lebih menekankan pada pemberian nilai terhadap skor
hasil tes.
1. Tes
Tes
merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara
meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu. Dapat dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan
obyektif tentang obyek yang hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah
lakunya , sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan orang lain.
Tes
adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok
siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa
tersebut.
Beberapa
istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini :
1).
Tes
Tes
merupakan prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
2).
Testing
Testing
merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing
adalah saat pengambilan tes.
3).
Testee
Testee
adalah merupakan responden yang sedang mengerjakan tes.
4).
Tester
Tester
adalah orang yang melaksanakan pengambilan tes terhadap responden. Dengan kata
lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang
ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).[1]
Sebagai
alat evaluasi hasil belajar, tes mempunyai fungsi, yaitu:
a. Untuk
mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian
terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b. Untuk
menentukan kedudukan atau seperangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan
materi atau pencapaian tujuan pembelajaran.[2]
Tes
berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan/kemajuan belajar
peserta didik yaitu:
1.
Tes seleksi
Tes
seleksi sering dikenal dengan tes saringan atau ujian masuk. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes
digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari
sekian banyak calon yang mengikuti tes. Tes seleksi merupakan materi prasyarat
untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon. Sifatnya yaitu
menyeleksi atau melakukan penyaringan.
2.
Tes awal
Tes
awal dikenal pre-test. Tes awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat
dikuasai oleh peserta didik. Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan
pada bahan-bahan penting yang sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik.
Setelah tes awal berakhir, sebagai tindak lanjutnya adalah (a) jika dalam tes
awal itu semua materi yang dinyatakan dalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh
peserta didik, maka materi yang telah dinyatakan dalam tes awal tidak akan
diajarkan lagi, dan (b) jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru
sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup
dipahami oleh para peserta didik tersebut .
3.
Tes akhir
Tes
akhir dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah
dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Isi atau materi tes
akhir adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan
kepada peserta didik. Jika hasil tes akhir itu lebih baik daripada tes awal
maka dapat diartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil
dengan sebaik-baiknya.
4.
Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan
pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik juga digunakan untuk mengetahui
sebab kegagalan peserta didik dalam belajar, oleh karena itu dalam menyusun
butir-butir soal seharusnya menggunakan item yang memiliki tingkat kesukaran
rendah.
5.
Tes Formatif adalah tes untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti suatu program tertentu. Tes formatif adalah tes yang digunakan
untuk mengetahui atau melihat sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai
oleh siswa dalam suatu program pelajaran.
6.
Tes Sumatif yaitu tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian
sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Tes sumatif ini dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akahir
semester, catur wulan atau akhir semester. Tes sumatif ini diarahkan kepada
tercapai tidaknya tujuan-tujuan intruksional umum.[3]
Menurut
Sudijono (2001:73) tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap dibedakan
menjadi lima golongan, yaitu:
a.
Tes intelengensi yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang,
b.
Tes kemampuan yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki testee
c.
Tes sikap yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek
tertentu.
d.
Tes keperibadian yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap
cirri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya besifat lahiriah, seperti
gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.
e.
Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes percapaian yakni
tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi
belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar dapat didefinisikan
sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh)
dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang terbentuk tugas dan
serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal) yang harus
dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga
(berdasar atas data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran itu) dapat
menghasilkan nilai yang melambankan tingkah laku atau prestasi belajar testee;
nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dapat
pula dibandingkan dengan nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh testee lainnya.
Dilihat
dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
1)
Tes individual yakni tes dimana tester berhadapan dengan satu orang testee
saja, dan
2)
Tes kelompok yakni tes dimana tester berhadapan lebih dari satu orang testee.
Dilihat
dari segi waktu yang disediakan bagi testee utuk menyelesaikan tes, tes dapat
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)
Power test yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi,
2)
Speed test yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Dilihat
dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)
Verbal test yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang
dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara
tertulis, dan
2)
Nonverbal test yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan
berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah
laku, jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan
atau gerakan-gerakan tertentu.
Ditinjau
dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1)
Tes tertulis yakni jenis tes di mana tester dalam mengajukan butir-butir
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan
jawabannya juga secara tertulis, dan
2)
tes lisan yakni tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan
atau soalnya dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara
lisan pula.[4]
Dengan
mempertimbangkan kriteria- kriteria dapat dihasilkan alat tes ( soal-soal )
yang berkualitas memenuhi syarat- syarat
diantaranya:
- Shahih ( valid) yaitu mengukur yang
harus diukur, sesuai dengan tujuan.
- Relevan yaitu diuji sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
- Spesifik, soal hanya dapat dijawab
oleh peserta didik.
- Representif, soal mewakili materi
ajar secara keseluruhan.
Sebuah
tes yang bisa dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan
tes, yaitu memiliki :
a.Validitas
Sebuah
tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak
diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,
bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat
melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada
permasalahannya.
b.
Reliabilitas
Berasal
dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat
dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali.
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan
ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas adalah ketepatan
dan reliabilitas adalah ketetapan.
c.Objektivitas
Sebuah
dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadipada sistem
scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan
ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan
dalam hasil tes.
d.
Prakitikabilitas
Sebuah
tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah
dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk
yang jelas.
e.
Ekonomis
Yang
dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.[5]
2. Teknik Nontes
Teknik
nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif.
Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan
tes. Tehnik peniaian ini umunya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku,
sifat, sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan
kegiatan belajar dalam pendidkan baik individual maupun secara kelompok.
Yang
tergolong teknik non tes adalah
a. Skala bertingkat (rating scale)
Skala
yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
perkembangan.
Contoh
: kecenderungan seseorang terhadap jenis kesenian tertentu.
b. Kuesioner
Kuesioner
juga sering dkenal dengan nama angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah berupa
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh seseorang yang akan diukur (responden).
Adapun macam-macam kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, di antaranya :
1) Ditinjau dari segi persiapan
a) Kuesioner langsung : dikatakan langsung
jika kuesioner tersebut dikirimkan dan
diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
b) Kuesioner tak langsung : adalah kuesioner
yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang dimintai keterangannya.
2) Ditinjau dari segi cara menjawab
a) Kuesioner tertutup : adalah kuesioner yang
disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya
tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b) Kuesioner terbuka : adalah kuesioner yang
disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
c. Daftar cocok (chek list)
Adalah
deretan pernyataan (yang biasanya singkat),
dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( √ )
di tempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara (interview)
Adalah
suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden
dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
1) Interview bebas, dimana responden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibataasi oleh patokan-patokan
yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.
2) Interview terpimpin, yaitu interview yang
dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang sudah disusun terlebih dahulu.
e. Pengamatan (observasi)
Adalah
suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliiti
serta pencatatan secara sistematis. Ada tiga macam ovservasi yaitu,
1.
Observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam
pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul
mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian, ia dapat
menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok
yang diamati.
2.
Observasi sistematik yaitu di mana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar
secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan
observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada di
luar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi
yang melingkungi dirinya.
3.
Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam
situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan
evaluasi.[6]
Pengamatan atau observasi sebagai
alat atau teknik evaluasi harus memiliki sifat-sifat tertentu yaitu :
1. harus
dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
2. Direncanakan
secara sistematis.
3. Hasilnya
dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4. Dapat
diperiksa validitas , reliabilitas dan ketelitiannya.[7]
f. Riwayat hidup
Adalah
gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan
mempelajari riwayat hidup maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari obyek yang dinilai.
Selain
teknik-teknik di atas, ada juga teknik lain yaitu :
1) Studi kasus (Case Study)
Adalah
studi yang mendalam dan konprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah
yang memiliki kasus tertentu.
2) Catatan insidental (anectodal recored)
Adalah
catatan-catatan singkat tentang peristiwa sepintas yang dialami peserta didik
secara perorangan.
3) Sosiometri
Adalah
suatu prosedur untuk merangkum, menyusun dan sampai batas tertentu dapat
mengkuantifikasi pendapat-pendapt peserta didik tentang penerimaan teman
sebayanya serta hubungan di antara mereka.
4) Inventori kepribadian
Hampir
serupa dengan tes kepribadian. Bedanya dalam inventori kepribadian jawaban
peserta didik tidak mempunyai kriteria benar atau salah. Semua jawaban peserta
didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya.
B.
PRINSIP-PRINSIP
EVALUASI
Untuk
memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus
bertitik dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
1. Kontinuitas
Evaluasi
tidak boleh dilakukan secara insedental karena pembelajaran itu sendiri adalah
suatu proses yang kontinyu. Oleh sebab itu evaluasi pun harus dilakukan secara
kontinyu pula.
2. Komprehensif
Dalam
melakukan evaluasi terhadap suatu obyek, guru harus mengambil seluruh obyek itu
sebagai bahan evaluasi.
3. Adil dan obyektif
Dalam
melaksanakan evaluasi guru harus berlaku adil dan tanpa pilih kasih kepada
semua peserta didik. Guru juga hendaknya bertindak secara obyektif, apa adanya
sesuai dengan kemampuan peserta didik.
4. Kooperatif
Dalam
kegiatan evaluasi hendaknya guru bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang
tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didk
itu sendiri.
5. Praktis
Praktis
mengandung arti mudah digunakan baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat
evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.[8]
Menurut
Khusnuridlo (2010), prinsip-prinsip evaluasi terdiri dari :
1.
Komprehensif
Evaluasi
harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menye¬luruh, baik aspek
personalnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya. Evaluasi tidak hanya
dituju¬kan pada salah satu aspek saja. Misalnya aspek personalnya, jangan hanya
menilai gurunya saja, tetapi juga murid, karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu
pula untuk aspek material dan operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara
menyeluruh.
2.
Komparatif
Prinsip
ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi harus dilaksa-nakan secara bekerjasama
dengan semua orang. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam
mengajar, harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri,
dan bahkan, dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak diharapkan dapat
mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi.
3.
Kontinyu
Evaluasi
hendaknya dilakukan secara terus-menerus selama proses pelaksanaan program.
Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi sejak
pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting dimaksudkan
untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas keberhasilan yang telah dicapai
dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berhasil diusahakan terjadi
peningkatan, sedangkan aktivi-tas yang gagal dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan.
4.
Obyektif
Mengadakan
evaluasi harus menilai sesuai dengan kenya¬taan yang ada. Katakanlah yang hijau
itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan sampai mengatakan yang hijau itu
kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh, apabila seorang guru itu
sukses dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini sukses, dan sebaliknya
apabila jika guru itu kurang berhasil dalam mengajar, maka katakanlah bahwa
guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai keobyektifan dalam evaluasi perlu
adanya data dan fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah untuk kemudian
diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat dikumpulkan
maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan.
5.
Berdasarkan Kriteria yang Valid
Selain
perlu adanya data dan fakta, juga perlu adanya kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar memiliki standar yang jelas apabila
menilai suatu aktivitas supervisi pendi¬dikan. Kekonsistenan kriteria evaluasi
dengan tujuan berarti kriteria yang dibuat¬ harus mempertimbangkan hakikat
substansi supervisi pendidikan.
6.
Fungsional
Evaluasi
memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan
langsungnya adalah dapatnya ¬hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang
dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu
dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan lainnya.
7.
Diagnostik
Setiap
hasil evaluasi harus didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi hasil evaluasi
inilah yang dapat dijadikan dasar penemuan kelemahan-kelemahan atau
kekurangan-kekurangan yang kemudian harus diusahakan jalan pemecahannya.
Menurut
Yunanda (2010), prinsip-prinsip evaluasi yaitu :
1.
Keterpaduan
Evaluasi
harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intruksional
pengajaran, materi pembelajaran, dan metode pengajaran.
2.
Keterlibatan peserta didik
Prinsip
ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam
evaluasi bukan alternative, tapi kebutuhan mutlak.
3.
Koherensi
Evaluasi
harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai
dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
4.Pedagogis
Aspek
pedagogis diperlukan untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada
akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
5.
Akuntabel
Hasil
evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi
pihak yang berkepentingan seperti orangtua, siswa, sekolah, dan lainnya.
Menurut
Arikunto (2005:24-25), prinsip evaluasi merupakan triagulasi yang meliputi
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran atau KBM, dan evaluasi.
a.
Hubungan anatara tujuan dengan KBM
Kegiatan
belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru
dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah
yang menunjukkan hubungan anatara keduanay mengarah pada tujuan dengan makana
bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM,
menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
b.
Hubungan tujuan dengan evaluasi, dan
Evaluasi
adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah
tercapai. Dalam menyusun alat evaluasi perlu mengacu pada tujuan yang sudah
dirumuskan
c.
Hubungan anatara KBM dengan evaluasi
KBM
dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan, alat
evaluasi disusun dengan mengacu pada tujuan, mengacu atau disesuaikan dengan
KBM yang dilaksanakan.[9]
Menurut
Sudijono (2001:31-33), evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksan dengan baik
apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar
yaitu:
1.
Prinsip keseluruhan
Prinsip
keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Prinsip komprehensif
dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara
bulat, utuh atau menyeluruh. Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup
berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah
laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup.
2.
Prinsip Kesinambungan
Prinsip
kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Prinsip kontinuitas
dimaksudkan bahwa hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu.
Evaluasi hasil belajar dilaksanakan secara berkesinambungan agar pihak
evaluator dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan
langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan untuk masa depan serta memperoleh
informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan
peserta didik.
3.
Prinsip obyektivitas
Prinsip
objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari factor-faktor yang
sifatnya subyektif.[10]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jenis-jenis
alat evaluasi yaitu tes berupa (tes awal, tes akhir, tes seleksi, tes
diagnostik, tes formatif, tes sumatif, tes intelegensi, tes kemampuan, tes
kepribadian, tes hasil belajar, tes sikap, tes individual, tes kelompok, power
tes, speed tes, verbal tes, nonverbal tes, tes tertulis, dan tes lisan) dan
nontes berupa (studi kasus, skala penilaian, inventory, dan kuesioner)
Prinsip-prinsip
evaluasi yaitu komprehensif, komparatif, kontinyu, obyektif, criteria yang
valid, fungsional, diagnostik, keterpaduan, keterlibatan peserta didik,
koherensi, pedagogis, dan akuntabel.
B.
Saran
Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca mengenai makalah ini. Karena penulis menyadari adanya
kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
[1] http://www.perkuliahan.com/makalah-alat-evaluasi-pendidikan/#ixzz1rvDJ44Sg
[2] http://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/alat-evaluasi-pembelajaran/
[3] http://wwwkamriantiramli85-sinjaibiologi.blogspot.com/2011/02/prinsip-dan-alat-evaluasi_24.html
[5] http://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/alat-evaluasi-pembelajaran/
[6]http://tuyulndeso.blogspot.com/2012/03/makalah-subjek-sasaran-prinsip-dan-alat.html
[7] Slameto.Evaluasi
Pendidikan.Bumi Aksara:Jakarta.hal 93-94
[8] http://tuyulndeso.blogspot.com/2012/03/makalah-subjek-sasaran-prinsip-dan-alat.html
[9] http://wwwkamriantiramli85-sinjaibiologi.blogspot.com/2011/02/prinsip-dan-alat-evaluasi_24.html
[10] Hasnawati.Evaluasi
Pembelajaran.Stain Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi.hal:40-42
terima kasih .. sangat membantu
BalasHapus